Dia merasakan sikapku yang berubah drastis. Semata2 ini kulakukan untuk membuat kami memiliki hubungan yang tidak terlalu jauh. Aku takut dan tidak ingin terluka.karna aku merasa bahwa ada kemungkinan perasaan ini bisa lebih dengan segala kejelekan dan kekurangannya sebagai seorang lelaki yang brengsek. Brengsek. Itulah satu kata yang dapat menggambarkan tentang dirinya. Aku benci dia. Tapi aku tidak boleh terus terperangkap oleh perasaan yang semakin menjeratku ini. Perasaan yang bercampur antara kebencian, jijik, hasrat, nafsu, dan ketertarikan. Hal ini perasaan yang sama seperti yang aku rasakan pada si kucing budukan dulunya. Huh... tidak dan tidak lagi aku terjebak pada hubungan yang tidak sehat itu. Bahaya. Itulah peringatan yang disampaikan otakku pada seluruh tubuh. Tapi hatiku berkata lain. Berontak ingin keluar dan membuncah dari dadaku dan mendekap dirinya. Parahhhhh!!!!!!!!!! Aku terjebak. Jerat ini sungguh erat menjebak nurani dan emosiku.
Sekali lagi kakiku terseok-seok berusaha terlepas dari jebak ini. Laki-laki adalah serigala. Aku sebagai domba mashocist yang semakin bergairah ketika serigala itu semakin kasar mempermainkan sebelum memakannya idup-idup. Memberikan sedikit ruang yang sebenarnya merupakan altar persembahan untuk dirinya yang kelaparan. Domba itu sadar akan posisinya yang bahaya. Tapi ia terpesona pada gairah hidup yang pernah ia rasakan dulu. Domba yang bodoh. Stupid lamb!!!! Tapi,entahlah. Biarlah. Domba itu tidak perduli apapun tentang apapun lagi. Ia hanya perduli pada hasratnya saja.
Sikap dinginku dibalas dengan sikapnya yang dingin pula. Hmmm.... dia memang tipe laki-laki yang mudah tersinggung. Amit-amit!!! Mari kita berdansa gembira di atas kekanak-kanakan sikap dia. Hahahahaha...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar